Langgur Tual News – Keuskupan Wilayah Kei Kecil, Keuskupan Amboina, secara resmi menegaskan kalau kelompok Doa “ Kudus Allah Kerahiman “ yang menyembah Salvator Kameubun sebagai Nabi adalah ajaran sesat.
Penegasan ini disampaikan Pastor Luky Kelbulan, Pr kepada tualnews.com, Sabtu ( 10/8 ) ketika diminta sikap resmi Keuskupan dan Umat Khatolik wilayah Kei Kecil atas kejadian yang terjadi di Kabupaten Mimika, Papua, pasca Polisi Mimika menggerebek lokasi kelompok doa pimpinan Salvator Kameubun di salah satu rumah warga di Jalan Irigasi Mimika, Minggulalu ( 28/7 ).
Pastor Luky secara tegas menyatakan umat Khatolik bersama Keuskupan wilayah Kei Kecil mengutuk keras kelompok doa tersebut, karena itu adalah ajaran sesat.
“ Kami dari pihak Gereja sangat berterimakasi atas kedatangan tualnews.com untuk mengklarifikasi persoalan ini, sesuai informasi Medoss salah satu umat khatolik wilayah Kei Kecil yang adalah pemimpin kelompok doa bersama anggotanya yang tertangkap di Keuskupan Timika, Papua, jujur bahwa kami tidak kaget, karena di Keuskupan Amboina sudah dibicarakan kelompok doa tersebut, jau hari sebelumnya, sikap Gereja Khatolik Kei Kecil dari awal sudah ditegaskan kalau Kelompok doa pimpinan Salvator Kameubun, itu kelompok doa Sesat “ Tegas Pastor Luky Kelbulan.
Pastor Luky yang juga Rektor Seminari St. Yudas Thadeus Langgur mengaku sangat menyangkan sikap dan prilaku Salvator yang membawah nama Gereja Khatolik.
“ Kami bersama umat Khatolik wilayah Kei Kecil kutuk keras kelompok doa pimpinan Salvator Kameubun yang membawah nama Gereja Khatolik, karena secara prinsipil, dogmatis dan teologis, semua yang dilakukan kelompok doa itu menyimpang dari ajaran agama Khatolik, tidak ada dogma Khatolik yang kena dengan penghayatan mereka “ Sesalnya.
Kata Pastor, pihaknya sudah melalukan pendekatan, meminta badan pimpinan rukun, lingkungan, Pastor Paroki dan Wakil Uskup Kei Kecil yang juga Pastor Paroki Langgur sudah mengunjungi dan menegur langsung kelompok doa pimpinan Salvator Kameubun, untuk menghentikan actifitas dan kegiatan yang biasa berlangsung di kompleks Savsiu Langgur, rumah kediaman Salvator..
“ Mungkin karena teguran –teguran itu, sehingga yang bersangkkutan ( Salvator –red ) pergi meninggalkan Paroki Langgur, Kei Kecil membuka jaringan baru di Kabupaten Mimika Papua “ Jelas Pastor Luky.
Pastor mengaku, beberapah pengikut kelompok doa pimpinan Salvator Kameubun masih berada di Langgur, olehnya dirinya menghimbau untuk kembali ke jalan yang benar, sebab kelompok doa tersebut adalah ajaran sesat.
“ perbuatan Salvator Kameubun pelecehan atas agama, jadi bisa saja satu saat ketika tidak bisa dibendung, umat Khatolik akan bertindak, apalagi saat ini yang bersangkutan sedang dicari polisi Mimika, dan bisa saja yang bersangkutan melarikan diri ke Langgur, namun kami akan tetap telusuri, apabilah berada di Kepulauan Kei, kami akan hubungi Polisi untuk memproses yang bersangkutan bila perlu dikembalikan ke Timika untuk mempertanggungjawabkan perbuatanya atas proses hukum yang sedang ditangani polisi “ Tegas Pastor Luky Kelbulan, Pr.
Ngaku Sembah Sal Kame Sebagai Nabi, Mantan Assisten III Mimika Ditahan Polisi
Seperti diberitakan tualnews.com, sebelumnya Mantan Asisten III Sekretariat Daerah, Kabupaten Mimika Papua, Johanis Kasamol bersama rekanya, Benediktus Tanus, Minggu ( 28/7 ) ditahan Kepolisian Sektor Mimika Baru, di tempat ritual yang diduga sebagai tempat atau rumah pondok di Kompleks Irigasi Mimika yang dijadikan tempat ibadat.
Dari hasil interogasi Polisi di TKP, baik Kasamol maupun Tanus mengaku mereka mengikuti kelompok doa “ Kudus Allah Kerahiman “ yang menyembah Salvator Kameubun sebagai Nabi.
Seperti dilansir media massa Mimika, Kapolsek Mimika Baru AKP Ida Wayramra mengatakan, pihaknya masih menyelidiki keberadaan pemimpin kelompok yang diduga aliran sesat tersebut yang dikenal sebagai Pastor Salvator.
“Anggota sudah mendatangi TKP, tapi tidak ada orangnya. Sementara kami masih mencari keberadaan pastor yang diduga (pimpinan) aliran sesat itu,” kata Kapolsek saat dikonfirmasi media di Mimika.
Kapolsek mengaku, ritual penyembahan kelompok yang percaya terhadap “Putra Api” ini memakai simbol salib bermahkota api. Pada altar juga terdapat simbol seperti merpati, singa, malaikat, hingga patung Bunda Maria.
Mantan Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Mimika Johanis Kasamol (60) yang terlibat dalam kelompok tersebut dan sudah diamankan polisi, minggu (28/7), mengaku Ia merupakan Ketua Kelompok ‘Doa Hati Kudus Allah Kerahiman Ilahi’ Kasamol dan Tanus yang ditahan polisi, mengaku Salvator Kameubun yang kini berada di Tual, Maluku Tenggara, disebut sebagai ‘Nabi’ karena dipercaya sebagai penghubung antara Allah dengan anggota/pengikut kelompok itu.
“ Saya ikut kelompok doa ini, karena telah menyembuhkan saya dari serangan ilmu hitam, dan posisi jabatan sebagai Kadis Sosial Mimika kala itu “ ujar ASN Johanis Kasamol.
Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan, Johanis mengaku telah menjadi pengikut kelompok Doa Hati Kudus Allah Kerahiman Ilahi sejak 2014.
“Pada saat itu kelompok tersebut diketuai oleh Valentinus Resubun (Pengurus Sekolah di Yayasan YPPK Timika),” kata Kapolres Marlianto, Minggu (28/7).
Sejak bergabung pada 2014, Johanis langsung menjabat Ketua Kelompok Doa menggantikan Valentinus Reisubun setelah ditunjuk oleh David Kanongopme selaku Pembina Kelompok Doa.
David Kanongopme sendiri kini masih aktif sebagai ASN Pemkab Mimika dan menjabat Kepala Bidang Perhubungan Laut pada Dinas Perhubungan Kabupaten Mimika.
Menurut Johanis, kelompok doa ini didirikan oleh Salvator Kameubun sekitar tahun 2005. Awalnya, mereka melakukan peribadatan di rumah Almarhum Samuel Reyaan di samping kompleks Wowor, Timika.
Dalam ritual peribadatan, mereka mengawali doa dengan gerakan tangan berbentuk piramida. Sebagaimana berbeda dalam ajaran Katolik yang melambangkan Salib.
Sejak pertama didirikan, sekitar 100an orang terpedaya ajaran ini. Namun seiring waktu, para pengikutnya mulai bubar hingga menyisahkan 4 orang saat ini. Mereka adalah Johanis Kasamol, David Kanangopme, Elias Ardi dan Benidiktus Tanu.
Tinggalkan Ajaran Katolik
Kapolres Marlianto mengatakan, Johanis Kasamol mengaku sebelumnya beragama Katolik, namun sejak 2014 setelah menjabat Ketua Kelompok Doa tersebut sudah tidak pernah beribadah di Gereja Katolik.
“Bahwa karena iman seseorang lah yang menyelamatkan kita di akhirat, kami kelompok doa hanya berdoa Senin, Rabu dan Sabtu,” kata Johanis seperti dikutip Kapolres Marlianto dari hasil pemeriksaan.
( team tualnews.com )