Tual News – Empat tahun lamanya, sejak dibangun tahun 2017, pasar di Desa Fiditan, Kota Tual tak bermanfaat ekonomi bagi masyarakat Kota Tual. Kondisi pasar parmanen yang dibangun dengan anggaran negara millyaran rupiah itu terlihat hanya ditumbuhi rumput.
Berdasarkan hasil investigasi tualnews.com, Pasar Fiditan yang dibangun bersamaan dengan Pasar Baru di UN Tual, termasuk Pasar di Desa Ngadi, PP.Kur dan pasar di kecamatan Tayando Tam, menghabiskan anggaran Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Pempus tahun 2017 mencapai 42 milyar.
Bangunan megah pasar yang dibangun, belum memiliki manfaat ekonomi secara langsung bagi masyarakat di Kota Tual, karena diduga tidak melalui proses perencanaan yang matang dan terukur.
Salah satu warga Desa Fiditan, Ibu Siti ketika ditemui dilokasi pasar, mengaku sejak dibangun tahun 2017 sampai saat ini, pasar tersebut tidak dimanfaatkan.
“ Bapak lihat sendiri, kondisi pasar Fiditan sudah tumbuh rumput, karena selama ini tidak actifitas jual – beli di pasar. Para pedagang tidak berani berjualan di pasar ini karena sepi pembeli “ Ungkapnya.
Dirinya berharap agar Walikota Tual, Adam Rahayaan, S.Ag memperhatikan kondisi pasar Fiditan yang sudah tidak terurus dan ditumbuhi rumput.
Seperti diberitakan tualnews.com, sebelumnya dalam pertemuan bersama para pedagang sayur, ikan, buah- buahan dan sembako di pasar Tual, senin ( 3/2/2020 ), Walikota Tual, Adam Rahayaan, S.Ag juga menjelaskan pembangunan lima lokasi pasar di Kota Tual yang dibiayai dana alokasi khusus ( DAK ) dari Pempus tahun 2017.
“ DAK Pempus sebesar 42 milyar untuk bangun pasar di Kota Tual sudah ditetapkan, saya ingin menata kembali pasar Tual, namun petunjuk pusat anggaran yang diturunkan sudah didesain dengan ukuran dan tipe yang sama, kalau mau bangun pasar sendiri pakai uang APBD, dari pada dana 42 milyar dialihkan ke daerah lain, maka lahirlah lima buah pasar yang dibangun di Kota Tual masing – masing, pasar Baru, Fiditan, Ngadi, Kuur dan pasar Tayando “ Jelasnya.
Kata Rahayaan, awalnya lokasi pembangunan pasar baru di kompleks pertamina, berlokasi di depan Masjid BTN, depan Kantor DPD Golkar Kota Tual, karena sudah ada kesepakatan bersama ( MOU ) antara panitia pengadaan tanah Pemkot Tual bersama pemilik tanah, dengan biaya pembebasan lahan sebesar 14 millyar dan akan dibayar tiga tahap melalui APBD Kota Tual.
“ Namun dalam perjalanan, pemilik tanah menolak pembayaran pembebasan lahan secara bertahap, maunya dibayar satu kali, bahkan MOU yang sudah dibuat dan disepekati ingin dirubah sendiri, sehingga akhirnya pasar baru Kota Tual kembali dibangun ditanah milik Pemkot Tual saat ini “ terangnya.
( team tualnews )