Langgur – Tiga Desa di Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku yaitu Desa / Ohoi Ohoinangan, Nabaheng, dan Ohoilim, kini menikmati manfaat dari internet satelit melalui program Desa Digital.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Teknologi Bandung (LPPM ITB) dan Kemendesa PDTT, bertujuan memperluas akses teknologi untuk mendukung pendidikan, komunikasi, dan pengembangan ekonomi berbasis lokal.
Berdasarkan Rilis Pers yang diterima dari LPPM ITB, Dhiya Khairinnisa, Jumat ( 29 / 11 / 2024 ) mengakui melalui program satelit, masyarakat di tiga Ohoi itu kini dapat memanfaatkan teknologi untuk berbagai kebutuhan yang sebelumnya sulit dijangkau.
” Di Ohoinangan, internet yang dipasang oleh tim ITB telah membawa perubahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, ” Ujarnya.
Kata Khairinnisa, sebelum adanya akses internet, komunikasi dengan keluarga yang berada di luar desa menjadi tantangan besar.
” Warga harus berjalan kaki ke atas bukit untuk mendapatkan sinyal lemah, bahkan memasang bangku kayu disana sebagai tempat bertemu untuk berbicara melalui telepon, ” Jelasnya.
Kini, kata dia wi-fi yang dipasang di Masjid An-Nur menjadi pusat kegiatan warga.
” Anak-anak menggunakan internet untuk belajar, sementara pejabat desa mengelola administrasi dengan lebih efisien, ” Terangnya.
Menurut Khairinnisa, pemeliharaan perangkat internet satelit dipercayakan kepada Nadit dan Firman, dua pemuda setempat yang secara aktif bekerja sama dengan tim dari STEI ITB untuk memastikan kelancaran operasional.
Dari Belajar Mandiri ke Kolaborasi Antar Desa
Melihat dampak positif internet di ohoi Ohoinangan, kata Khairinnisa, Tim ITB dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) serta dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) bersepakat menghubungkan tiga desa yaitu Ohoi Ohoinangan, Nabaheng, dan Ohoilim, guna saling membantu dan belajar bersama.
” Mengingat lokasi ketiga desa relatif berdekatan sehingga bisa mudah untuk saling mendukung, jika ada kendala teknis, ” katanya.
Diakui, instalasi program desa Digital di Ohoi Nabaheng dan Ohoilim dilakukan Oktober 2024, dipandu Dr. Ir. Edy Suwondo dan Dr. Ir. Khairul Ummah dari FTMD ITB.
Akses ini, kata Khairinnisa, membawa harapan baru, terutama bagi pendidikan anak-anak.
” Di ohoi Ohoilim, Balai Desa kini jadi pusat kegiatan belajar, anak-anak dapat mengakses aplikasi pendidikan dan video pembelajaran, ” Ungkapnya.
Kepala Desa Ohoilim, Johanis, menyebutkan internet telah memberikan mereka peluang untuk mendukung pendidikan yang lebih inklusif.
“ Kami berharap anak-anak dapat terus belajar dan memanfaatkan teknologi ini untuk memperluas wawasan mereka,” harapnya ketika berbincang bersama tim ITB, Senin ( 18 / 11 / 2024).
Anak-anak Saksikan Pemandangan Desa Ohoilim dari Hasil Rekaman Video Drone
Dikatakan, menuju desa berpengetahuan
dampak internet tidak berhenti pada pendidikan dasar, namun juga membawa peluang pengembangan ekonomi.
” Dalam pelatihan singkat yang diadakan Tim ITB, warga dari Ohoi Nabaheng, Ohoinangan, dan Ohoilim berkumpul untuk belajar memanfaatkan teknologi dalam meningkatkan nilai tambah hasil bumi mereka, ” Ujarnya.
Dhiya Khairinnisa, menjelaskan melalui video contoh-contoh usaha yang telah dilakukan desa lain, warga mengeksplorasi cara sederhana mengolah kelapa menjadi minyak dan arang, serta mengolah pisang menjadi sale dan keripik.
” Produk-produk yang sebelumnya dianggap biasa, seperti batok kelapa, kini memiliki nilai jual lebih tinggi setelah melalui proses sederhana yang dipelajari dari video tutorial di youTube, ” tandasnya.
Selain itu, kata dia pengemasan produk yang lebih menarik, kini menjadi fokus untuk meningkatkan daya tarik pasar.
” Pelatihan ini diadakan di Gedung Serba Guna Desa Nabaheng, yang berlokasi di depan Gereja Fangnan, ” kata Khairunnisa.
Diungkapkan, pelatihan pemanfaatan internet di Gedung Serba Guna Desa Nabaheng dihadiri masyarakat Nabaheng, Ohoilim, dan Ohoinangan.
” Pelatihan tersebut tidak hanya menjadi sarana pengembangan usaha, tetapi juga menjadi ruang diskusi bagi masyarakat untuk membahas tantangan bersama, ” pungkasnya.
Dia mengaku, masalah seperti kekeringan air selama musim kemarau dan tingginya biaya transportasi ke pusat kecamatan menjadi isu utama yang disoroti.
” Melalui diskusi ini, masyarakat sepakat bentuk kelompok kolaborasi antar desa untuk saling berbagi pengetahuan dan saling mendukung satu sama lain. Dengan mengusung falsafah adat Kei, Ain Ni Ain, yang berarti “satu memiliki satu,” jelasnya.
Khairunnisa berharap kolaborasi ini mempererat hubungan antar desa sekaligus memaksimalkan manfaat internet.
” Tim ITB berkomitmen untuk terus mendampingi ketiga desa ini dalam memanfaatkan internet, memastikan program Desa Digital tidak hanya berhenti pada penyediaan teknologi, tetapi juga menciptakan desa-desa berpengetahuan yang mandiri dan berdaya saing,” Tegasnya.
Dhiya Khairinnisa, optimis dengan internet sebagai penghubung, Nabaheng, Ohoinangan, dan Ohoilim, kini berada di jalur tepat menuju masa depan yang lebih cerah.