Tual News- Ketua Klasis Gereja Protestan Maluku ( GPM ) wilayah Kei Kecil dan Kota Tual, Pdt. Irene K. Koljaan, S.Th, dalam renungan ibadah Minggu ini ( 11 / 7 / 2024 ) mengangkat Injil Amsal (29:1-27 ) sebagai renungan bersama warga GPM.
Memaknai Injil Amsal tersebut, Pendeta Koljaan memperingatkan, kalau orang yang terus membangkang terhadap nasihat Tuhan, kelak akan mengalami kehancuran dan sangat sulit dipulihkan.
” Jika, jadi pemimpin, ia akan menimbulkan kesusahan, menyia-nyiakan harta, menindas hak orang lemah, menyebarkan dusta, dan memicu kekacauan, ” Tandas Pendeta Koljaan.
Namun sebaliknya, kata Ibu Pendeta, orang yang mau diajar dan dididik, bahkan ditegur dengan cara keras, akan menjadi seorang yang menyukai hikmat dan menggembirakan orang tuanya.
” Jika kelak orang seperti ini menjadi pemimpin, ia akan mendatangkan sukacita, menegakkan keadilan, membela hak orang lemah, dan membawa ketenteraman,” Ujarnya.
Pendeta Koljaan mengakui, nasihat ini telah diberikan didalam Alkitab melalui berbagai contoh dari pengalaman raja-raja di Israel.
” Ada raja yang jahat, merampas hak rakyat dan melakukan penindasan, sehingga kerajaannya hancur. Sebaliknya, ada juga raja bijaksana, sehingga ia disukai rakyatnya dan mampu mendatangkan kesejahteraan bagi kerajaannya, ” Terangnya.
Kata dia, Firman Tuhan bukan sekedar pelajaran agama, melainkan pengajaran berharga untuk mendidik, menegur, dan mendisiplinkan umat manusia sejak dini.
” Firman Tuhan hari ini memperlihatkan tentang berbagai macam karaktek yang dimiliki manusia.Karakter hidup dari orang fasik dan orang bijak,” Jelasnya.
Kata Ibu Pendeta Koljaan, semua orang selalu hidup didalam situasi yang tidak dapat diprediksi.
” Karena kita telah masuk dalam dimensi dunia yang berubah dengan cepat. Perubahan bisa menyegarkan, namun juga membingungkan dan membebani, pada situasi seperti ini, yang bisa bertahan hidup adalah orang – orang yang teguh, konsisten dan berpegang pada etik kristiani, “Ungkapnya.
Minggu ini oleh LPJ GPM, kata Pendeta Koljaan, semua pemberitaan firman Tuhan dibingkai dalam tema mingguan yakni ” KARAKTER HIDUP ORANG BENAR, .
” Setiap orang memiliki karakter berbeda beda. Ada karakter yang mencerminkan apakah orang itu hidupnya benar atau tidak. Kita temukan dalam bacaan ini, ada beberapa karaktek orang benar atau bijak dan orang fasik atau orang jahat, ” Kata Pendeta Koljaan.
ORANG BENAR HIDUP DALAM KERENDAHAN HATI, ORANG JAHAT HIDUP DALAM KESOMBONGAN
Kata Pendeta, orang benar hidup dalam kerendahan hati, tetapi orang jahat, hidup dalam kesombongan.
” Kerendahan hati dan kesombongan adalah dua sikap yang saling bertolak belakang, namun seringkali menjadi bagian dalam hidup manusia, karena itu kita harus mampu mengelola dan mengendalikannya sesuai kebenaran firman Tuhan, yaitu hidup rendah hati, ” pintanya.
Selain itu Pendeta Koljaan juga mengaku, orang benar hidup dalam kejujuran sedangkan orang jahat, hidup dalam kebohongan.
” Namun firman Tuhan mengajarkan kita supaya menjadi orang jujur, harus siap dibenci. Karena itu kita perlu dilatih sejak dini, tentang pola hidup jujur dirumah, karena dapat melahirkan generasi yang hidup jujur ditengah zaman penuh kebohongan ini,” Ingatnya.
Diakui, karakter jujur dapat menjadi kesaksian nyata bagi banyak orang.
” Biarlah kejujuran menjadi identitas kita. Orang benar hidup adil dan orang jahat hidupnya tidak adil, dan orang benar hidupnya selalu mengandalkan hikmat Tuhan, orang jahat hidup dalalm kebodohan, ” Pesannya.
Di sini, kata Ibu Pendeta, kita dapat melihat perbandingan antara orang yang jahat suka melawan dengan orang yang hidupnya benar, mau dididik.
” Dampak dari didikan, bukan hanya dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga berpengaruh besar bagi kehidupan banyak orang. Seorang anak yang dapat didikan dan disiplin benar, memang kelak akan menjadi pribadi yang mampu menjaga dirinya, memahami orang lain, serta tahu hak dan tanggung jawabnya, ” Tandasnya.
Untuk Pendeta Koljaan berpesan kepada para warga jemaat GPM dan orang tua seperti ini.
” Marilah kita memohon hikmat dari Tuhan agar kita dapat mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan dalam keluarga kita. Sebagai anak, marilah kita memandang teguran sebagai fondasi yang ditanamkan dan disediakan Tuhan untuk mendewasakan diri kita. Terhadap setiap nasihat dan teguran, janganlah kita mengeraskan hati, karena sikap melawan adalah awal dari kehancuran diri sendiri, orang lain, dan masa depan, ” Ajak Pendeta Koljaan dalam Renungan minggu pagi ini.
Selamat hari minggu..Tuhan Yesus berkati bapak dn ibu serta basudara semua..Syalom.