Tual News – Dialog publik dengan mengambil tema, Politik Bermartabat, sub tema, Agama, Politik dan Budaya yang berlangsung di Kota Tual, Selasa ( 10 /10/2023) mendapat apresiasi positif dari para peserta yang berasal dari
OKP Cipayung Plus, ormas, dan komponen mahasiswa
Dialog publik ini menghadirkan empat narasumber yakni Ketua Klasis GPM Kei Kecil dan Kota Tual, Pendeta I. Koljaan, S.Th, Ketua MUI Kota Tual, Hi. Ahmad Kabalmay, Jurnalis dan Sastrawan, Rudi Fofid, serta Wasekjen PSI yang juga Calon Anggota DPR RI Dapil Maluku.
Pendeta Koljaan, dalam paparanya, mengaku sedikit kecewa, karena kegiatan yang sangat baik itu, hanya dihadiri sedikit peserta.
Namun kata dia, untuk menjawab dua pertanyaan tentang politik bermartabat, dirinya mengatakan politik itu baik, tapi pelaku politik yang membuat politik jadi tidak baik.
Koljaan menyoroti politisasi agama yang masih identik dengan politik identitas, dan masih berlangsung hingga saat ini.
” Politik identitas masih dipraktekan pelaku politik hingga sekarang, contohnya, saya muslim pilih orang islam, begitu sebaliknya. Hal seperti ini yang mempengaruhi politisasi agama di Indonesia, termasuk di Kepulauan Kei, ” Sorotnya.
Untuk itu Pendeta Koljaan berharap, orang muda sebagai garda terdepan, harus memberikan pencerahan politik identitas, sebab secara khusus di Kei tidak ada perbedaan.
” Siapa saja yang punya komitmen bangun negara dan masyarakat, kita cerdas berikan pilihan politik, jangan lagi dikotori dengan politik identitas, ” pintanya.
Koljaan mengingatkan kepada siapa saja yang terlibat dalam politik praktis, agar jangan menggunakan politisasi agama untuk kepentingan politik.
” Tidak boleh ada lagi politisasi agama dan politik identitas. Kita harus cerdas memilih figur yang punya komitmen terhadap rakyat, bukan terlibat
politik transaksional, karena uang dan jabatan, orang yang dipilih kelak lupa diri akan perjuangan untuk masyarakat, ” Pesanya.
Pendeta Koljaan menghimbau masyarakat untuk menjaga kamtibmas, tidak terpengaruh dan terprovokasi dengan informasi tidak benar yang memecah belah persatuan, dan kehidupan persaudaraan.
” Di tanah kei, ketika dekat pemilu banyak masalah terjadi, setelah dicek, itu kepentingan politik caleg, dan peserta pemilukada, ” Sesalnya.
Konflik Indonesia Terjadi Karena Agama, Suku dan Parpol
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Kota Tual, Hi. Ahmad Kabalmay, dalam paparnya mengapresiasi kegiatan forum diskusi dengan tema, Politik Bermartabat.
Namun Ketua FKUB Kota Tual ini, menyesalkan kegiatan yang baik dan positif itu, kurang diminati anak muda.
” Saya ingin bicara lama lewat forum seperti ini, karena sebagai Ketua FKUB, ingin berbicara banyak tentang politisasi agama di tanah Kei, ” Ujarnya.
Menurut Kabalmay, faham demokrasi di Indonesia, mengamanatkan rakyat memiliki hak memilih pemimpinya, sebab dari situ lahirlah partai politik untuk membimbing rakyat.
” Tujuan setiap parpol adalah ingin menguasai kebijakan dan kedudukan politik, agar mereka dapat melaksanakan kebijakan partai. Contoh di Pilpres 2019 lalu, partai PDI – Perjuangan sebagai pemenang, tentu ingin melaksanakan kebijakan partainya, ” Tandas Hi.Ahmad Kabalmay.
Dia mengungkapkan, dari hasil rilis Kompas, soal peristiwa apa yang terjadi di Indonesia hingga menimbulkan perpecahan, ternyata para responden memilih konflik agama menduduki peringkat pertama, kemudian suku, dan konflik parpol.
Imam Masjid Al – Huriyah 45 Kota Tual ini mengingatkan agar fanatisme positif dan negatif, dari pendukung parpol yang sudah mengarah kepada berbagai macam fanatisme agama, suku dll, harus dihindari.
” Karena negara ini pluralisme, maka pasti ada kel A dan B. Sekarang kita multipartai, maka pasti ada gesekan, namun diminta agar jangan lagi pakai politisasi agama, ” Pintanya.
Kabalmay menegaskan, negara Indonesia berasaskan pancasila, bukan negara Agama, sehingga antara politik dan agama harus dipisahkan.
Tual Kota Toleransi Terbaik Kelima Indonesia, Saat Ini ada di Urutan 40
Ketua FKUB Kota Tual, Hi. Ahmad Kabalmay, mengapresiasi praktek politik bermartabat di Kota Tual, pasca dimekarkan dari Kabupaten induk Maluku Tenggara.
” Kita harus bangga jadi kota kelima terbaik toleransi Indonesia dari semua aspek, sesuai laporan Setara Institut. Namun saat ini di tahun 2022, Kota Tual menurun di urutan 40 sebagai Kota toleransi terbaik Indonesia, ” Ungkapnya.
Dirinya mencatat, akibat lima kali konflik di Kota Tual, menyebabkan dari lima besar Kota toleransi terbaik Indonesia, akhirnya di Pilkada lalu turun di urutan 20, dan tahun 2022, turun lagi di urutan 40.
” Saat ini Kota Tual dinilai paling rendah, bukan hanya toleransi beragama, tapi semua aspek, ” Sesalnya.
Untuk menaikan peringkat Kota Tual sebagai kota toleransi terbaik Indonesia kata Kabalmay sudah sangat sulit.
” Olehnya itu, saya ajak dan himbau, mari kita semua komponen masyarakat menjaga agar jangan terjadi lagi konflik jelang pemilu 2024, jangan pakai agama untuk tujuan politik, ” himbau Kabalmay.
Sastrawan dan Jurnalis, Rudy Fofid mengatakan politik dan kebudayaan adalah dua ruangan berbeda.
” Apa yang ada di politik juga ada di budaya, ” katanya.
Untuk itu Fofid mengajak kawula muda untuk berpolitik dan belajar politik, demi membangum kesadaran politik dan budaya.
” Di Maluku setiap saat kita dapat teror hoaks. Kesan umum politik kotor dan jahat itu siapa yang bilang ?, ” Tanya Sastrawan Rudy Fofid.
Untuk itu dia mengajak kaum muda di Kepulauan Kei harus membangun budaya kritis.
” Bagaimana budaya kei membangun politik yang baik ?, bagi saya lebih mulia mulut ayam, dari pada mulut politisi, ” Ujarnya.
Diakui, adat kei sangat bagus untuk memfilter politik yang tidak baik.
Sementara Wasekjen PSI, yang juga actifis perlindungan perempuan dan anak, Karen Pooroe mengakui dirinya masuk politik karena keresahan.
” Ketika saya dampingi perempuan dan anak, dalam kasus kekerasan seksual, selalu dapat jalan buntu, sehingga saya pilih terjun politik sebagai Calon Anggota DPR RI dari PSI Dapil Maluku, ” katanya.