Tual News.com- 16 tahun sejak 2006, pria paruh baya ini setia menunggu di lapak jualan batu kerikil di kawasan UN BTN Kota Tual, Provinsi Maluku.
Dia adalah sosok Umar Borut (49), penjual batu kerikil kasar dan halus yang setiap hari bekerja mengais rejeki.
Lapak kecil dipinggir jalan utama, dipenuhi batu kerikil didalam karung semen dan tersusun rapi.
Lelaki yang sering disapa Bapak Umar ini, berani mengambil keputusan untuk membuat batu kerikil kecil demi kelangsungan hidup ekonomi keluarganya.
Meskipun tak sendiri berjualan kerikil kecil, namun Umar yakin ada rejeki yang datang untuknya.
Dari lima anak, kata Umar, dua telah berhasil melanjutkan study di Kota Ambon yakni di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Pattimura.
Saat ini kedua anaknya itu sudah hampir menyelesaikan studi akhir di pendidikan tinggi.
Sedangkan tiga anak yang lain, kata Umar masih bersekolah di SMP dan SMA di Kota Tual.
” Dari hasil penjualan batu kerikil inilah, saya dapat sekolahkan anak hingga perguruan tinggi dan hampir wisuda,” kata Umar Borut ketika ditemui Tual News.com, Jumat (16/6/2023).
Dia mengaku pendapatan dari jualan batu kerikil tak seberapa, namun dia selalu menyisihkan separuh pendapatan untuk ditabung buat biaya pendidikan anak-anaknya.
“Kerikil kasar dijual per karung dengan harga Rp. 10 ribu. Sedangkan kerikil halus per karung dijual dengan harga Rp. 15 ribu,” sebut Umar.
Dalam sehari rata-rata Umar Borut, bisa menjual 50 karung karung kerikil, itupun kalau ada yang mau membeli. Jika tidak, ia pulang dengan tangan hampa.
Pekerjaan ini ditekuni Umar setiap hari kerja. Dia mulai bekerja sejak pukul 07.00 WIT pagi hingga jam 17.00 WIT sore.
“Kalau biasanya ada proyek besar, maka orang datang membeli kerikil, bamun ada juga yang tidak membeli, karena sepi, ” Ungkapnya.
Umar biasanya bekerja ditemani sang istri Lisa Borut (49) yang bergantian jika sudah lelah.
Dia mengaku sangat mensyukuri pekerjaan yang dijalaninya, karena kerja kerasnya itu anak-anaknya bisa sekolah hingga capai perguruan tinggi.
“ Demi anak-anak punya pendidikan, kita tetap semangat untuk bekerja,” jelas Umar.
Dia berharap pemerintah dapat memperhatikan mereka yang berjualan batu kerikil.
“ Biasanya kontraktor datang tawar menawar, padahal kasihan, kita ini masyarakat kecil punya pekerjaan sudah disini, penghasilan juga dari ini, ” Ujarnya.
Untuj itu Umar berharap pemerintah bisa melibatkan mereka dalam membeli kerikil untuk kebutuhan proyek skala menengah dan besar.