Tual News – Dirjen Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyebut, industri mamin tumbuh positif selama 2020-2022. Pada 2022, industri mamin tumbuh 4,90% (yoy) & menjadi kontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada tahun 2022, sebesar 38,35%.
Berdasarkan Rilis Pers yang diterima tualnews.com, senin ( 20 /2/2023), Putu menjelaskan kalau peta jalan Making Indonesia 4.0, industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu subsektor manufaktur yang menjadi prioritas pengembangan untuk bertransformasi ke arah digitalisasi.
” Pemanfaatan teknologi industri 4.0 pada industri mamin bertujuan untuk memacu produktivitas secara lebih efisien dan berkualitas sehingga meningkatkan daya saing industri, ” Ujarnya.
Kata Dirjen, dalam hal percepatan transformasi digital, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyediakan fasilitas yang mencakup pelaksanaan self-assessment INDI 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) dengan target 800 perusahaan pada tahun 2022 dan 2023, dan dilanjutkan dengan bimbingan teknis transformasi industri 4.0 bagi manager dan engineer, serta penerapan industri 4.0 secara bertahap.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, mengingat pentingnya transformasi digital pada sektor mamin, Kemenperin terus mengimplementasikan upaya strategis untuk mendorong peningkatan daya saing dan produktivitas.
” Hal ini agar industri mamin nasional mampu berkompetisi di tingkat global dengan mendorong penerapan teknologi industri 4.0 di sektor tersebut, baik pada tahapan produksi, distribusi, hingga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri, ” Jelasnya.
Sebagai upaya untuk terus mendorong implementasi tranformasi digital tersebut, kata Putu, Kemenperin telah melakukan penunjukan lighthouse implementasi industri 4.0, bimbingan teknis transformasi industri 4.0 untuk sebanyak 455 SDM industri mamin, serta memfasilitasi kemitraan antara 800 SDM koperasi susu dengan industri pengolahan susu.
Selanjutnya, pihaknya jugamelakukan penerapan neraca komoditas terkait mamin melalui Sistem Nasional Neraca Komoditas (SNANK), piloting kemitraan dan digitalisasi di industri pengolahan susu, pembangunan pusat inovasi dan pengembangan SDM industri 4.0, serta penyediaan insentif seperti super deduction tax untuk investasi yang ditujukan bagi inovasi teknologi, peningkatan kegiatan riset, dan penguatan kapasitas SDM industri.
Putu menambahkan, transformasi digital pada industri mamin diharapkan turut mampu mendukung keberlanjutan industri atau sustainability dan industri hijau yang saat ini sedang menjadi tren dunia.
” Upaya tersebut untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan dan mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, ” Terangnya.
Diakui perusahaan industri sudah menyadari akan pentingnya industri 4.0 dan mulai melakukan transformasi agar menjadi lebih efisien.
” Perusahaan industri mamin juga telah berupaya melakukan efisiensi energi dengan memperbarui teknologi yang lebih hemat energi, manajemen energi yang lebih baik, serta penggunaan energi terbarukan seperti solar panel dan biomassa untuk bahan bakar boiler,” Kata Putu.
Dijelaskan, saat ini sudah ada 10 perusahaan industri mamin yang telah mendapatkan sertifikasi industri hijau.
” Pemerintah terus mendorong pemanfaatan sumber daya lokal sebagai sumber energi bersih seperti implementasi biodiesel berbasis sawit dan reseach & development pemanfaatan biomassa untuk energi berkelanjutan, ” Katanya.
Menurut Putu, berbagai kebijakan telah digulirkan pemerintah untuk mendorong daya saing industri mamin melalui transformasi teknologi.
” oleh karena itu kami juga berharap dukungan dan kerjasama dari para pelaku industri di tanah air,” Harap Putu.
Dalam mendorong transformasi digital pada industri mamin, Kemenperin juga mendukung kemitraan strategis antara Schneider Electric™ dan Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI).
” Salah satu poin dalam kerjasama tersebut di antaranya memperkuat kemampuan SDM di industri mamin untuk menghadapi era transformasi digital, ” Tandas Putu
Menurut Putu, hingga saat ini hampir semua industri mamin sudah melakukan automasi, terutama pada proses produksinya.
” Hal yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan SDM industri terus berkembang mengikuti tuntutan zaman. Untuk menjawab hal itu, Kemenperin berupaya untuk mendorong pelatihan manajer transformasi digital, ” Ingatnya.
Putu menargetkan akan ada 1.200 orang akan dilatih dalam program Training of Trainer (ToT) dan diharapkan menjadi manajer transformasi digital.
” Selanjutnya mereka akan bisa membimbing industri mamin yang ada dalam ekosistem tersebut,” tambah Putu.
Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman menyampaikan, produsen mamin membutuhkan teknologi yang dapat mengintegrasikan dan menyediakan visibilitas menyeluruh terhadap tiap siklus hidup sistem rantai pasok mulai dari suplai bahan baku, proses produksi, pengemasan, distribusi hingga sampai ke tangan konsumen.
“Teknologi ini membutuhkan tenaga ahli yang terampil dalam pengoperasiannya. Sehingga saat ini pengembangan SDM menjadi fokus GAPMMI dalam mendukung para anggota kami,” jelas Adhi.
Pada kesempatan ini, Business Vice President Industrial Automation Schneider Electric Indonesia, Martin Setiawan mengaku transformasi digital di industri mamin tergolong cukup kompleks, mengingat transformasi tersebut harus dapat mencakup tiga fokus area, yaitu Agile Manufacturing, Efficient Facilities, dan Resilient Supply Chain.
” Integrasi ketiga area tersebut dimungkinkan dengan pemanfaatan Industrial Internet of Things (IIoT) dan teknologi otomasi yang terbuka, kolaboratif dan berbasis software, ” Jelasnya.
Menurut Martin, aspek-aspek yang akan menjadi fokus dalam pengembangan pendidikan dan kurikulum pembelajaran antara lain kemampuan SDM industri untuk teknis pengoperasian teknologi, serta aspek kognitif meliputi kreativitas, pemecahan masalah yang kompleks, pemikiran kritis, analitis dan inovatif, serta kepemimpinan.
” Hal tersebut yang akan dirumuskan bersama dengan GAPMMI.” Ujar Martin.
Pertumbuhan Mamin di 2023
Dirjen Agro Kemenperin menyebut, industri mamin tumbuh positif selama tahun 2020 hingga 2022.
” Pada tahun 2022, industri mamin tumbuh 4,90 persen (yoy) dan menjadi kontributor terbesar terhadap PDB industri pengolahan non migas pada tahun 2022, sebesar 38,35 persen, ” Jelas Dirjen.
Dia mengungkapkan ekspor makanan dan minuman termasuk minyak sawit mencapai USD48,61 miliar pada Januari-Desember 2022. Sementara, impornya sebesar USD16,52 miliar pada periode yang sama.
“Kami mencoba optimis dengan harapan industri mamin 2023 bisa tumbuh sekitar 6,25 persen,” ujar Putu.
Melihat data tersebut, kata Putu, industri mamin terbukti memiliki resistensi yang tinggi terhadap hantaman pandemi dan ketidakpastian global.
” Pada saat pandemi Covid-19, industri mamin merupakan salah satu industri yang kritikal dan esensial, sehingga pertumbuhannya terus terjaga karena produk-produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas, ” Terangnya.
Adanya pandemi kata Putu, juga menjadi faktor yang mendorong industri mamin dalam menerapkan transformasi digital.
” Di masa pembatasan mobilitas karena pandemi, Kemenperin juga mendukung industri untuk tetap dapat beroperasi dengan penerbitan Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), ” Tandas Putu.
Sementara itu, Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman, memproyeksikan pertumbuhan mamin 2023 lebih dari 5 persen.
“Proyeksi kami mamin tumbuh 5 sampai 7 persen pada tahun 2023,” Ujarnya.