Tual News – Pemerintah Kota Tual, senin ( 14 / 12/2022) melaksanakan rapat bersama Forkopimda dan para tokoh agama Islam, protestan dan katolik dalam rangka menangkal informasi bohong ( hoax ) akibat bentrokan Ohoi Bombai dan Elat, Kecamatan Kei Besat Kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu ( 12/11/2022).
Rapat tersebut dipimpin Wakil Walikota Tual, Usman Tamnge, S.E dihadiri, Komandan TNI Polri, Ketua Klasis GPM Tual, Pastor Paroki Tual, Ketua MUI Tual, Kepala Kementerian Agama Kota Tual, Kabag Ops Polres Tual, Kejari Tual, Ketua PN Tual dan Kepala Badan Kesbangpol Kota Tual.
Ketua PN Tual, Rosyadi, S.H, M.H minta para tokoh agama, adat, pemuda, masyarakat bersama pemerintah daerah agar memperkuat siskamling dalam menjaga kamtibmas bersama.
” Semua unsur harus bersinergi menangkal informasi hoax yang berkembang terkait issu – issu tidak benar yang beredarum di media sosial, ” pintah Ketua PN Tual.
Kepala Kementerian Agama Kota Tual, E. Rumaf berharap kondisi daerah ini harus dikelola dengan baik, terutama menangkal informasi hoax.
” Saya tadi sudah keluarkan undangan untuk pertemuan tokoh agama untuk buat himbauan, sebab kondisi yang terjadi tidak hanya pakai pendekatan keamanan, tapi harus libatkan semua komponen baik tokoh adat, agama, pemerintah, pemuda dan masyarakat, ” Ungkapnya.
Ketua NU Kota Tual ini mengusulkan agar harus ada langkah konkrit para tokoh agama dan pemerintah dengan turun langsung lapangan dengan gelar safari, membuat pencerahan di masyarakat.
” Issu – issu yang disampaikan harus kita antisipasi, karena bentrokan di Ohoi Bombai dan Elat, Kei Besar, bukan persoalan agama, ” Ujarnya.
Kepala Kementerian Agama berharap setelah pertemuan ini ada himbauan untuk menangkal hoax dan action safari ke lapangan.
Kata dia, untuk mengatasi kondisi yang saat ini karena informasi hoax, maka perlu pendekatan persuasif dan pencerahan kepada masyarakat.
Pastor Paroki Tual, RD Jack Renyaan mengaku selaku Pastor paroki st. Fransiskus Xaverius Kota Tual sudah mengambil langkah mengumpulkan para ketua dewan stasi dalam mengantisipasi informasi hoax.
” Kami sudah gelar pertemuan, dan perlu saya sampaikan sudah ada surat pernyataan Keuskupan Amboina terkait bentrokan di Kei Besar. Saya juga sudah keluarkan surat pastoral yang tegaskan masalah antara ohoi Bombai dan Elat, bukan masalah agama, ” Tegas Pastor Paroki Tual.
Kata Pastor, akibat bentrokan itu dan issu – issu hoax yang tersebar di medsos, umat di Desa Ohoitel dan Ohoitahit menjadi trauma masa lalu.
” Saya minta Pemkot Tual dan Forkopimda harus membangun pos keamanan terpadu di Desa Ohoitel dan Ohoitahit, sebab malam setelah kejadian di Elat – Kei Besar, banyak orang menuju ke sana, jadi jangan sampai pihak ketiga masuk memprovokasi warga, ” Tandas Pastor Paroki Tual.
Pastor berharap fungsi dan peran siskamling harus difungsikan.
” Saya pastikan kalau issu hoax terus dibiarkan, maka Kota Tual bisa rusak dari situ, contoh yang terjadi issu semakin kencang, ” Ujarnya.
Terkait video bentrokan Kei Besar yang tersebar, kata Pastor Paroki Tual itu ada provokator yang bermain.
Ketua Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) Kota Tual, Hi. Ahmad Kabalmay, dalam pertemuan itu mengatakan masalah konflik ohoi Bombai dan Elat yang berawal beberapah bulan lalu adalah ulah provokator.
” Provokator main lewat anak anak sekolah, sebab potensi ada disitu. pengalaman kerusuhan 1999 seperti itu bermula dari anak anak sekolah, ” Terang Ketua MUI Tual.
Kata Kabalmay, provokator akan bermain terus, olehnya itu sudah ada agenda agar para tokoh agama harus berikan pencerahan di kompleks rawan konflik seperti Yarler, Sinar Pagi, Desa Ohoitel, Watraan dll.
” Kota tual mudah masuk orang dari luar, jadi saya usul agar tokoh agama turun lakukan pembinaan di sekolah dan safari bersama, ” Usul Ketua MUI Kota Tual.
Kabalmay mengaku antisipasi konflik di Kei Besar, jangan sampai melebar di Kota Tual, apalagi provokator memainkan issu SARA.
” Kalau diiringi SARA, kita susah kendalikan, karena di Maluku masyarakat punya kecintaan terhadap agama sangat tinggi, ” beber Ketua MUI Kota Tual.
Ketua klasis GPM Tual, Pdt. Ny. I. K. Koljaan/Wassar, S.Th, menegaskan GPM Kei Kecil dan Kota Tual sudah menyampaikan seruann gembala untuk disampaikan kepada seluruh jemaat protestan agar tidak terpengaruh dan terprovokasi dengan bentrokan di Kei Besar.
” Mari tokoh agama dan adat gandeng tangan kerja sama, agar jangan ada lagi persoalan seperti itu di Kota Tual, ” Pintahnya.
Pendeta minta semua tokoh agama baik di Masjid dan Gereja harus berikan penguatan kepada anak muda.
” kenyataan yang terjadi, kita harus fokus RT perkuat poskamling, agar orang dari luar jangan datang buat rusak nama kota tual sebagai Kota toleransi terbaik kelima di Indonesia, ” Tandas Ibu Pendeta.
Kasdim Kodim 1503 / Tual menyesalkan, karena walaupun semua sudah berjalan bagus, namun konflik berulang terus.
” Saya melihat pemicuh ini karena miras, dan kurang tegas terhadap warga yang bawah alat tajam seperti busur dan anak panah, ” sesalnya.
Kasdim minta harus ada langkah tegas , agar dilaksanakab swiping alat tajam tradisional milik masyarakat setempat.
Kabag Ops Polres tual, AKP Arsad Rengur mengaku sesuai instruksi Kapolres Tual, AKBP Prayudha Widiatmoko, S.I.K, polisi melaksanakan patroli, kalau ada temuan senjata tajam ( sajam ) masyarakat langsung disita.
” Sesuai informasi kapal Pelni masuk di Kota Tual ada penumpang dari Ambon dan Papua akan masuk, jadi kami sudah Antisipasi lakukan rasia, ” Tegasnya.
Kabag ops berharap Ketua RT harus memberi edukasi kepada masyarakat dalam menangkal issu hoax yang beredar di medsos.
” 22 korban dari Kei Besar dirawat di RSUD Maren Tual, sehingga dihimbau untuk jangan mengajak masyarakat yang ada disini, karena hanya datang untuk berobat , ” Pintah Kabag Ops.
Kata Rengur, setiap jumat, sabtu dan minggu ada patroli gabungan TNI-POLRI, sehingga diminta agar Satpol PP Kota Tual ikut bergabung.
” Taman Kota tual sudah jadi tempat pacaran dan miras, sehingga satpol pp harus patroli malam, ” Sorot Kabag Ops Polres Tual
Kejari Tual, Sigit Waseso, S.H meminta pemkot tual mengaktifkan kembali RT / RW, lewat WA group untuk menangkal informasi hoax, sekaligus deteksi dini atas masuknya orang dari luar.
” Harus dibentuk forum koordinasi tingkat RT dan RW yang dikendalikan langsung Pemkot Tual ” Usul Waseso.
Raja Dullah, Bayan Renuat sependapat dengan dibangun pos pengamanan terpadu di Desa Ohoitel dan Ohoitahit karena disitu sebagai tempat penyeberangan terdekat menggunakan kendaraan laut menuju Kei Besar, Kabupaten Makuku Tenggara.
Pastor Rumlus mengaku akses orang pulang pergi lewat Ohoitel dan Ohoitahit benar terjadi, sehingga harus ada pos pengamanan TNI Polri disitu.
” Secara psikis umat disana takut, apalagi banyak orang berkumpul dengan anak panah dan parang, kita tidak mengetahui maksudnya apa. Jadi saya usul kepada Pemkot Tual untuk harus ada pos pengamanan di Desa Ohoitel dan Ohoitahit, ” Usul Pastor.
Wakil Walikota Tual, Usman Tamnge, S.E mengatakan akan berkoordinasi dengan Walikota Tual, Adam Rahayaan, S.Ag, untuk menindaklanjuti hasil pertemuan bersama Forkopimda dan para tokoh agama tersebut.
( Pewarta : MTN)