Optimisme Jurnalis Asia Pasifik Redam Pengunduran Diri Besar-Besaran

Ilustrasi telum media

Tual News – Pengunduran diri besar-besaran, yang juga dikenal sebagai Big Quit, telah mengakibatkan banyaknya eksodus karyawan di seluruh dunia. Namun, tren ini tampaknya tidak akan berdampak ke ruang redaksi media di Asia Pasifik.

Berdasarkan hasil survei Telum Media yang dirilis hari ini, senin ( 07/03/2022 ), menyebutkan setengah dari jurnalis di kawasan tersebut berencana untuk tetap mempertahankan peran mereka pada tahun ini dan hanya 8% yang ingin beralih ke industri lain.

Rilis Telum Media yang diterima tualnews.com, menjelaskan survei Jurnalisme Telum Asia Pasifik 2022 yang dilangsungkan pada November 2021 hingga Januari 2022, mensurvei 1.133 jurnalis dari kawasan Asia Pasifik yang meliputi Australia, Selandia Baru, Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, China Daratan, Hong Kong, Makau, dan Taiwan.

“ Di Indonesia, banyak jurnalis memilih untuk tetap di pekerjaan mereka saat ini (30%) atau memilih untuk memulai bisnis medianya sendiri (25%), menunjukan sikap optimistis di dunia jurnalisme pada tahun ini. Lebih dari setengah responden dari Indoneisa juga merasa antara optimistis dan lumayan optimistis terhadap prospek industi media di 2022, “ urainya.

Bahkan, kata Telum Media,  ketika para jurnalis di Asia Pasifik masih mengkhawatirkan berbagai ancaman seperti COVID-19 dan pemberitaan palsu.

“ COVID-19 telah membuat bisnis jurnalistik semakin menantang. Namun, para jurnalis di Asia Pasifik menunjukkan bahwa mereka memiliki misi yang jelas, rasa optimistis, serta profesi yang akan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi,” ujar Tim Williamson, Managing Director, Asia Pasifik, Telum Media.

Kata dia, survei ini juga menekankan semakin berkembangnya platform digital di Asia Pasifik.

“ sebanyak 71% responden di seluruh Asia Pasifik yakin media sosial akan semakin memiliki peran penting di 2022, diikuti oleh publikasi daring (68%). Hal ini sedikit berbeda di Indonesia, di mana publikasi daring (73%) dianggap lebih penting dibanding media sosial (65%), “ rilisnya.

Selain itu, para profesional di bidang media juga menyoroti peran influencer (25%) yang dianggap akan semakin berkembang selama 12 bulan ke depan.

“ meski banyak pelaku industri media di Asia Pasifik memilih untuk beralih ke video storytelling satu dekade lalu, 40% jurnalis memprediksi siniar akan semakin berkembang, yang akan membuka jalan bagi kebangkitan jurnalisme suara. Hampir dua per tiga (66%) jurnalis juga merasa semakin berkembang dengan beragamnya media sosial dan saluran digital lainnya,serta mempertegas kebutuhan akan jurnalisme yang berkualitas, “ tandasnya.

Kata Telum Media, rasa ingin tahu mungkin saat ini dianggap sebagai keterampilan utama yang dibutuhkan jurnalis,  namun selama tiga hingga lima tahun ke depan, keterampilan dunia digital diprediksi akan beralih mendominasi sebagai keterampilan utama yang dibutuhkan jurnalis.

“  keterampilan ini mencakup kemampuan SEO (43%), analisis data (36%), dan kemampuan untuk berinteraksi dengan audiens (28%), “ jelasnya.

Namun, disisi lain Kata Telum Media, masih banyak pula jurnalis yang merasa khawatir akan dampak digitalisasi. lebih dari seperempat jurnalis (26%) merasa disrupsi digital merupakan salah satu tantangan terbesar yang akan mereka hadapi di 2022, mengalahkan ancaman kehilangan pekerjaan (23%) dan perubahan iklim (16%).

“ dalam hal interaksi, para jurnalis juga merasa pendekatan personal merupakan kunci keberhasilan untuk menarik perhatian mereka. Jurnalis juga lebih memilih untuk mempublikasikan berita yang eksklusif (84%) dan memilih jam 8 pagi hingga 11 siang sebagai waktu yang paling ideal untuk pengiriman materi pers (36%), diikuti dengan jam 11 siang dan 12 siang (23%), “ terangnya.

Kata Telum Media, di Indonesia, penggunaan aplikasi pesan seperti WhatsApp dan LINE dianggap sebagai cara terbaik untuk berkomunikasi dengan juranlis.

“ satu dari sepuluh jurnalis di Indonesia, juga terbuka untuk interaksi lewat media sosial. Sedangkan, telepon merupakan metode komunikasi yang paling tidak disukai jurnalis (hanya kurang dari 1 persen responden yang memilih), “ katanya.

Untuk diketahui, Telum Media adalah perusahaan terdaftar di Singapura, Hong Kong, Malaysia, dan Australia, yang didirikan pada tahun 2013 oleh para mantan jurnalis dan PR/Humas profesional yang melihat perlunya database media yang komprehensif di kawasan Asia Pasifik.

“ Kami adalah perusahaan teknologi PR / Humas yang berkembang pesat, yang sangat antusias dengan dunia media dan jurnalistik. Konten dan berbagai layanan Telum tersedia dalam berbagai bahasa, dan tim kami juga berasal dari berbagai macam latar belakang dan spesialisasi, “ tulisnya dalam rilis yang dikirim ke tualnews.com

( TN – 01 )