Tual News – Walikota Tual, Adam Rahayaan, S.Ag dalam amanatnya pada pembukaan MTQ ke 7 Kota Tual, di Kecamatan PP Kur, Selasa ( 25/05/2021 ), mengajak Umat Islam di Kota Tual, untuk memaknai pelaksanaan MTQ, bukan sekedar acara serimonial, tapi harus menghayati MTQ untuk membangun akhlak dan peradaban bangsa.
PP Kur Optimis Juara Umum MTQ Kota Tual 2021
“ Saya setuju dengan apa yang disampaikan Ketua LPTQ Kota Tual, sebab MTQ bukan sekedar dilihat sebagai acara serimonial, tapi harus dihayati dan dimaknai dalam kehidupan sehari – hari “ Tegasnya.
Menurut Rahayaan, fakta sejarah menunjukan kalau banyak Negara dan Kerajaan besar bersama para tokoh hancur berantakan, karena rusaknya akhlak atau budi pekerti.
“ Untuk itu, pelaksanaan MTQ Kota Tual tahun 2021 di Kecamatan PP Kur, harus jadi momentum perubahan pola pikir, sikap dan prilaku serta kebiasaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa serta bernegara “ Pintah Walikota Tual.
Walikota Tual : MTQ Jangan Jadi Proyek
Rahayaan, mengajak warga masyarakat di Kota Tual, menghindari pemikiran sempit, harus menunjukan jati diri sebagai masyarakat madani.
“ Chiri warga madani adalah masyarakat yang beradap tinggi, sebab disana terpancar nilai – nilai kasih sayang, kerukunan, perdamaian, kebersamaan, keadilan, kejujuran, serta ketulusan “ Pesanya.
MTQ Sebagai Wahana Dakwa Islami
Sementara Itu Kepala Kementrian Agama Kota Tual, Hanafi Kasim, dalam amanatnya pada pembukaan MTQ Kota Tual, mengajak umat Islam di Kota Tual, agar memaknai penyelenggaraan MTQ di Kecamatan PP Kur sebagai wahana dakwa Islami.
“ Kenapa MTQ harus jadi wahana dakwa, sebab melalui kecerdasan seni, akan tampil perpaduan harmoni nilai – nilai estetika, untuk hadirkan pesona agama, yang harus dihayati dan diamalkan “ Tandas Kasim.
Walikota Tual dan Bupati Malra Terima 3.000 Al-Qur’an
Kepala Kementrian Agama, berharap melalui MTQ Kota Tual tahun 2021, Pemerintah Kota Tual dapat mewujudkan masyarakat Kota Tual yang agamis, berakhlak dan beradab.
“ Sudah saatnya kita meninggalkan prilaku tidak terpuji, seperti paham radikalisme, ekstrimisme dan tidak toleran. Mari kita membangun toleransi dan kerukunan, menuju kehidupan umat beragama yang rukun dan damai “ Ajak Kepala Kementrian Agama Kota Tual.
Turut hadir dalam pembukaan MTQ Kota Tual ke 7 di lapangan Desa Sermaf, Kecamatan PP Kur, Wakil Walikota Tual, Usman Tamnge, Sekretaris Daerah ( Sekda ) Kota Tual, A. Yani Renuat, Ketua Pengadilan Agama Kota Tual, Anwar Fauzi, Dandim 1503 / Tual, Letkol. Inf. Mario Christian Noya, beserta unsur Forkopimda, serta Pimpinan dan Anggota DPRD Kota Tual.
Lutak –Lutak Replika Al-Quran Hiasi Arena MTQ Kota Tual
Seperti dikutip, dari Media Sosial Maren, menyebutkan kalau sukses penyelenggaraan Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-7 Kota Tual tahun 2021 di Kecamatan Pulau-pulau Kur, tidak terlepas dari partisipasi dan dukungan penuh masyarakat Bumi Makara, untuk menampilkan kreasi seni budaya tradisional masyarakat setempat yang dikemas dalam panggung utama MTQ.
Terbukti, pada acara pembukaan MTQ itu, para pejabat daerah dan undangan terpesona dengan arena MTQ di Desa Sermaf, Kecamatan PP Kur, ibarat mereka sedang berada di Kota Istanbul, Turki.
Kota Tual Raih Predikat Kota Toleransi Beragama di Indonesia
Bayangkan, latar belakang panggung didesain sedemikian rupa seperti sebuah museum, agar para peserta MTQ bersama para tamu, kembali mengenang sejarah peradaban masa lalu Hagia Sophia di tahun 1953.
Latar belakang panggung MTQ Kota Tual di Kecamatan PP Kur, dimodifikasi secara khusus sesuai tema pelaksanaan yaitu “ kembalinya Hagia Sophia dari Hegemoni kaum Liberalis ”
Sedangkan bumbungan panggung MTQ, terdapat Replika Al-Qur’an yang ditempatkan diatas makanan tradisional khas masyarakat PP Kur, dikenal dengan nama “ lutak-lutak ”.
Lutak-lutak adalah makanan khas masyarakat yang mendiami pulau – pulau tersebut, karena dibuat dari campuran makanan khas Kei ( Enbal ), dengan kenari atau kacang – kacangan.
Tampak desain khas Kei, terlihat didasar panggung utama MTQ, dengan perahu Belan Raksasa, mengandung makna para lelehur tempo dulu mengarungi lautan dengan menggunakan perahu, sebagai armada transportasi laut untuk mempersatukan dan membangun persaudaraan antar sesama dalam bingkai Falsafah Adat Kei, Ain Ni Ain ( Katong Semua Satu – red ). ( TN )