Tual News – Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Maluku Tenggara, Adolof Markus Teniwut, dalam Rapat Dengar Pendapat ( RDP ) bersama Tim Covid-19 dan keluarga pasien meninggal positif Corona di Kantor DPRD Malra, Kamis ( 29/07/2020 ) mempertanyakan manajemn Tim Gustu bersama RSUD Karel Sadsuitubun Langgur dalam penetapan pasien terkonfirmasi positif Covid-19, pasalnya sesuai hasil kunjungan kerja Komisi II DPRD Malra diruang isolasi pasien virus corona, ditemukan para pasien wabah corona itu bukan mendapat perawatan medis, namun sedang santai bermain telpon seluler ( HP ) dan lulur badan.
“ Ketika kami Komisi II DPRD Malra kunker di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur, lihat ruang isolasi yang tampung 15 pasien terkonfirmasi positif Covid-19, ternyata para pasien ini santai main HP dan lulur badan, sebagai orang Kei saya tidak suka hal seperti ini “ Kesal Teniwut.
Dokter RSUD Karel Akui Pasien Meninggal Covid-19 Beli Obat Diluar
Dikatakan, dirinya sebagai wakil rakyat tidak mau membohongi masyarakat akan hal ini, karena dipilih rakyat untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, sehingga patut dipertanyakan manajemen Tim Gustu bersama RSUD Karel Sadsuitubun Langgur.
“ Saya bukan Dokter, tapi dari sisi medis RSUD Karel Sadsuitubun Langgur tidak layak sebagai Rumah Sakit rujukan pasien covid-19. Ini realita, olehnya itu saya minta hadirkan Kepala RSUD Karel, sebab dia yang bertanggungjawab terhadap mati hidupnya orang Kei “ Sorot Politisi PKB Malra itu.
Sudah Dua Minggu Pasien SM Positif Covid-19 Malra Menghilang
Teniwut mengaku, tanggal 15 Juli 2020, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 sudah masuk ruangan isolasi, namun saat kunjungan kerja Komisi II DPRD untuk lihat langsung fasilitas yang ada di RS, ternyata sangat amburadul.
“ Kami punya data, tanggal 24 Juli 2020, waktu kami tinjau RS, alat laboratorium belum datang, padahal itu tanggal krusial, pasien sakit sudah ada untuk operasi, apa manajemanya seperti itu ? “ Sesalnya.
Keluarga Pasien Meninggal Covid-19 Malra Sesali Kinerja Tim & Pelayanan RS. Karel
Politisi PKB ini mengungkapkan saat itu temuan yang diperoleh Komisi II DPR Malra, hanya terdapat satu dos obat clorokuin dan satu alat ventilator ( alat bantu pernapasan ) di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur, itupun ventilator itu tak bisa digunakan, sebab tidak ada alat konektor.
“ Saya minta sebagai Orang Kei mari kita bicara jujur dan terbuka, tidak ada kepentingan politik disini, semua orang Kei siap mati demi membela saudari perempuan. Waktu lalu saya bilang, Tim Covid-19 Kabupaten Malra itu harus libatkan semua komponen rakyat, baik wartawan, OKP, tokoh perempuan, adat, agama, pemuda dan para tokoh masyarakat, agar urusan obat – obatan dan fasilitas kesehatan RS diurus Dinkes, namun akibat Tim Gustu kerja sendiri sehingga hasilnya seperti ini “ Sorot Ketua Komisi II DPRD Malra, Adolof Markus Teniwut.
Rapat DPRD, Tim Covid-19 Malra Bersama Keluarga Pasien Berakhir Ricuh
Terhadap hal ini, Juru Bicara Tim Covid-19 Kabupaten Maluku Tenggara yang juga Kepala Dinas Kesehatan, dr. Ketty Notanubun, M.Kes dan Kepala RSUD Karel Sadsuitubun Langgur, dr. Fadila Toatubun, yang dihadirkan dalam RDP itu belum dapat menanggapi, karena pihak keluarga pasien meninggal Covid-19 keburu membuat keributan dan kericuhan dalam rapat gabungan Komisi I, II dan III DPRD Malra. ( TN )