Langgur Tual News – Puncak perayaan Festival Pesona Meti Kei ( FPMK ) 2019, resmi berakhir sejak tanggal 02 November 2019. Acara puncak perayaan itu diakhiri dengan penangkapan ikan secara tradisional yang merupakan tradisi adat dan Budaya Kei.
Wakil Bupati Malra, Ir. Petrus Berutwarin, M.Si, selasa ( 29/10/2019 ) menyaksikan kegiatan tarik tali ( weraske ) dan penangkapan ikan namur dengan tangan kosong di Desa / Ohoi Ohoiel, Kecamatan Kei Besar, sementara Bupati Malra, M. Thaher Hanubun mendayung sampan di Ohoi Danar, Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara, pada puncak meti kei 2019.
Berdasarkan informasi yang dihimpun tualnews.com dari Humas Pemkab Malra, Wabup Malra setelah tiba di Desa Ohoiel diterima secara adat Kei dan dikuhkuhkan secara adat di kampung tua Ohoiel oleh para tokoh adat setempat.
Wabup Malra bersama pimpinan OPD Malra langsung terjun ke laut untuk bersama – sama masyarakat menangkan ikan namur secara tradisional dengan menggunakan tangan kosong.
Untuk diketahui tradisi budaya penangkapan ikan namur dengan tangan kosong, merupakan warisan budaya para leluhur evav di Ohoiel yang terus dijaga dan dilestarikan hingga saat ini.
Berbagai prosesi adat Kei harus dilalui oleh masyarakat sebelum turun ke pantai melalukan penangkapan ikan tersebut dengan tangan kosong.
Dalam sambutanya, Beruatwarin mengaku pelaksanaan kegiatan tersebut menjadi program dan event tahunan Pemkab Malra. “ Tradisi budaya penangkapan ikan namur di Ohoiel tidak bisa dipisahkan dari FPMK “ katanya.
Menurut Wabup, sektor unggulan di Kabupaten Malra meliputi, pengembangan parawisata dan perikanan. Kata Beruatwarin, pengembangan sektor parawisata Malra berbasis budaya, masyarakat dan lingkungan alam merupakan program unggulan yang tidak bisa dipisahkan dengan nilai – nilai luhur dan karakteristik budaya Kei.
“ Parawisata berbasis budaya tidak boleh bertentangan dengan nilai luhur budaya bangsa, harus selalu berlandaskan nilai – nilai agama, budaya, adat istiadat dan tradisi bangsa Indonesia “ Tandasnya.
Sementara parawisata berbasis lingkungan alam, kata Wabup memiliki kedudukan yang sama sebagai ciptaan Tuhan. “ Kita menggunakan alam, sekaligus melestarikanya untuk dimanfaatkan bagi kesejatraan masyarakat, sehingga tercapai parawisata berbasis masyarakat yang memberdayakan peran serta masyarakat secara proporsionalitas untuk menuju kesejatraan “ terang Wabup Beruatwarin.
Sementara itu Bupati Mara, M. Thaher Hanubun, sabtu ( 2/11/2019 ) menutup pelaksanaan FPMK 2019 di Desa / Ohoi Danar, Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan dengan mendayung sampan, sekaligus bersama masyarakat melaksanakan kegiatan tarik tali ( weraske ). Pada acara itu, disuguhi berbagai tarian dan atraksi adat serta budaya Kei.
Bupati Malra pada kesempatan itu mengajak semua komponen masyarakat untuk mempromosikan adat istiadat, serta pesona wisata alam, budaya dan religi di Kepulauan Kei kepada masyarakat di dunia internasional.
“ Wer Warat adalah bagian dari acara FPMK yang menampilkan kearifan budaya lokal Kei di Maluku Tenggara kepada masyarakat, saya ajak kita semua mari sampaikan budaya, adat istiadat dan keindahan alam yang kita miliki kepada masyarakat luas “ Pintahnya.
Bupati berharap masyarakat di Kabupaten Malra dapat melakukan perubahan – perubahan yang lebih baik untuk mengharumkan nama nuhu evav di dunia luar.
“ Tuhan tidak mengubah satu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah nasibnya “ katanya.
FPMK Malra resmi ditutup dengan tarian syariat oleh ribuan siswa/i sepanjang satu kilo meter yang membentangkan benderah merah putih sepanjang 350 meter di pantai Danar Lumefar. Selain itu juga digelar lomba mencari siput laut, lomba dayung sampan beregu, dan perorangan putra – putri serta tarian adat Kei.
Pantai wisata Ngur Lee War – War, merupakan salah satu destinasi wisata di Danar Lumefar, Kecamatan Kei Kecil Timur Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara.
( team tualnews-Humas Malra – Infokom Malra )