Langgur Tual News – Kabupaten Maluku Tenggara, Propinsi Maluku merupakan salah satu daerah dari 11 kab/ kota di Maluku yang berada di jalur ring of fire dalam wilayah pertemuan tiga lempengan bumi yaitu lempengan indo – australia, dirazia dan lempengan pasifik, sehingga menyebabkan wilayah itu rentan terhadap ancaman bencana geologi dan hidrometeologi.
Demikian sambutan Bupati Malra, M. Thaher Hanubun yang dibacakan Asisten I Bidang Pemerintahan, Hi. A.H. Ingratubun, M.Si pada pembukaan workshop penyusunan dokumen rencana kontingensi menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Malra yang berlangsung di Kimson Centre Ohoijang, selasa ( 19/11/2019 ).
Kegiatan yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) itu berlangsung selama lima hari sejak tanggal 19 – 23 November 2019.
Ingratubun dalam membacakan sambutan Bupati Malra mengaku, berdasarkan indeks resiko bencana Indonesia tahun 2013 yang disusun BNPB, Kabupaten Malra termasuk dalam kab/kota di Indonesia, memiliki kelas resiko uang sebagai bencana tinggi dengan skor 179.
“ Hal ini menunjukan Malra rentan terhadap bencana “ ujarnya.
Berdasarkan kelas resiko itu, kata Ingratubun pengurangan resiko bencana yang terintegrasi dengan pengelolaan lingkungan hidup menjadi salah satu agenda pembangunan dalam RPJMN tahun 2015 – 2019.
“ PP nomor 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana sebagai turunan dari UU penanggulangan bencana nomor 24 tahun 2007, mengamanatkan pentingnya rencana kontigensi disusun untuk memberikan arah dan panduan dalam operasi tanggap darurat ketika bencana terjadi “ Jelas Ingratubun.
Olehnya itu Bupati berharap, penyusunan perencanaan kontigensi tidak hanya sekedar dokumen tertulis, namun harus menjadi dokumen hidup yang diperbaharui secara terus menerus mengingat dinamika lapangan yang selalu berubah.
Para peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 36 orang berasal dari SKPD, TNI Polri, perwakilan lembaga usaha, penggugat bencana dan BPBD Kabupaten Malra.
( team tualnews )