Tual News – Masih ingat Mantan Direktur PT. Maritim Timur Jaya ( MTJ ), David Djioe. Nama seorang David sepuluh tahun lalu sangat terkenal dan mengukir sejarah baru di Kepulauan Kei, pasca penobatan Para Raja Ursiw – Lorlim atas dirinya dengan memberikan gelar Adat Kei yang paling sakral Dir U Ham Wang ( salah satu pemimpin terdepan – red ).
David yang meninggalkan Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara, Propinsi Maluku sejak kisruh pemberian gelar adat Kei oleh Para Dewan Raja di Nuhu Evav sepuluh tahun lalu, kini kembali di Kota Tual, Kota beradat setelah menjadi Mualaf ( muslim sejati ) dengan menyandang nama Muhamad David Algifarih.
Muhamad David Algifarih yang beragama Islam, terlihat melaksanakan Sholat Jumat di Masjid Agung Al Huriyah Kota Tual, Jumat kemarin ( 5/10/2019 ), didampingi Ketua Umum Kerukunan Keluarga Besar Masyarakat Maluku ( KKBMM ) Dr. ( Cand ) Djamaludin Koedoeboen, SH.MH.
Kepada tualnews.com di Ambon, senin malam ( 7/10/2019 ), Muhamad David Algifarih, mengungkapkan perjalanan ke Tual selama dua hari hanya sebagai tempat persingahan, karena dirinya sedang berkoordinasi di Kota Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru untuk urusan bisnis di sektor kelautan dan perikanan.
“ Saya dua hari di Aru untuk urusan bisnis, lalu kembali ke Tual selama dua hari hanya untuk memantau dan melihat beberapah tempat serta mengunjungi tempat wisata pasir panjang dan pulang ke Jakarta “ ujarnya.
Ketika ditanya tentang bagaimana situasi dan kondisi Kota Tual saat ini, David mengaku dari pandanganya, Kota Tual bersih dan indah.
“ Kalau saya melihat dari luar, Kota Tual saat ini sangat indah dan bersih “ Katanya.
Terkait keinginan masyarakat Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara, agar dirinya kembali membangun kedua daerah itu dengan berinvestasi, Kata David, komitmen untuk membangun masyarakat di Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara sejak awal berada di Tual sepuluh tahun lalu sudah terbukti yakni mempekerjakan anak – anak putera asli di kedua daerah tersebut di PT. MTJ waktu itu.
Bahkan tak tanggung, David saat memimpin perusahan ikan milik Pengusaha Tomy Winata yang beralamat di Desa Ngadi, Kota Tual rela mengorbankan semua yang dimiliki dengan memfasilitasi para Raja di Kepulauan Kei, termasuk pemberian tunjangan atau gaji Rp 5 juta per bulan kepada setiap Raja.
“ Sekarang saya tanya apakah Para Dewan Raja di Kepulauan Kei saat ini sudah memiliki rumah adat ? “ Tanya David.
Menurut mantan Direktur PT. MTJ itu, Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara akan maju dan berkembang pesat sama dengan daerah lain di Indonesia, kalau pemerintah daerah bersama masyarakat menjamin keamanan dan kenyamanan investor yang datang berinvestasi.
“ Kalau mau Nuhu Evav maju sama dengan daerah lain maka yang pertama harus ditata dan diperbaiki adalah adat dan budaya Kei, kemudian pemerintah daerah bersama masyarakat serta investor duduk bersama, bila perlu semua pihak buat surat pernyataan bersama untuk menjamin keamanan dan kenyamanan Investor selama berinvestasi di daerah “ Jelas David.
Dikatakan, dirinya sebagai pengusaha kalau sejak dulu hanya mengejar profit atau keuntungan berbisnis, maka sudah banyak mengumpulkan harta kekayaan, namun dibalik semuanya itu ada komitmen moriil dan hati nurani untuk membangun masyarakat.
“ Saya ibaratkan kalau mau naik ke puncak gunung, kita harus menaiki tangga secara bertahap, jangan kita langsung terjun bebas berenang di air yang keruh “ Pungkas David.
Gelar Adat David Djioe Melekat Sepanjang Massa
Sesuai data tualnews.com, Almarhum Rat Tuvle ( Raja Tual ), Mohamad Tamher, SIP kepada Vox Populi, jumat siang ( 23/10/2009 ) menegaskan gelar kehormatan adat “ Dir U Ham Wang “ ( pemimpin terdepan ) yang diberikan para Raja di Kepulaun Kei kepada David Djioe, Direktur PT. Maritim Timur Jaya ( MTJ ) Oktober 2009, merupakan gelar adat yang tetap melekat sepanjang massa.
“ tak benar gelar itu telah dicabut para Raja, David Djioe tetap pegang gelar adat Dir U Ham Wang sepanjang massa “ tegas Tamher, sekaligus menepis issu yang beredar di kalangan masyarakat kalau gelar tersebut dengan sendirinya sudah dicabut dengan adanya penyerahan kembali atribut adat oleh David Djioe kepada Pemkab Malra dan Kota Tual, pasca pencabutan sasi ( hawear – re ) di jembatan vatdek.
Raja Tual mengaku, pencabutan sasi di jembatan vatdek, tidak ada hubunganya dengan persoalan pencabutan gelar adat yang diberikan para pemangku adat.
“ benar, David Djioe serahkan atribut adat tersebut kepada Pemkab Malra dan Pemkot Tual, namun Bupati Malra, Ir. Anderias Rentanubun dan Wakil Walikota Tual, Adam Rahayaan, S.Ag tidak bersedia menerima, sebab hal itu terkait dengan masalah adat “ katanya.
Menurut Tamher, sesuai aturan kalau David Djioe mengembalikan atribut adat tersebut, maka seharusnya diserahkan kepada Para Rat Ur Siw – Loor Lim yang telah menguhkuhkanya, sebab porsi adat tetap, begitupula pemerintah.
“ soal pencabutan sasi, karena esok hari pelantikan Presiden RI, sehingga Bupati ambil alih, persoalan ini demi kepentingan publik, karena itu jalan umum ” ungkapnya.
Dirinya menampik issu yang berkembang kalau atribut adat David Djioe saat ini disimpan Wawali Tual. “ tidak benar Wawali simpan atribut adat David Djioe, atribut itu saat ini masih ada di tangan David Djioe, memang benar, David serahkan kembali atribut adat kepada Bupati Malra dan Wawali Tual, namun mereka tidak mau menerima, karena itu masalah adat “ pungkasnya.
Ketika ditanya alasan mendasar Para Raja memberikan gelar kehormatan adat kepada David Djioe, Raja Tual menyatakan, keputusan yang dilakukan, semuanya demi kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan para pemangku adat.
“ tidak benar, gelar itu diberikan Raja untuk dapat uang dan mobil Avansa, semuanya itu adalah issu belaka, bohong dan tidak perna ada “ tepisnya.
Dikatakan berbagai issu miring dan tak sedap itu sengaja digalahkan sekelompok masyarakat yang setiap hari mendatangi David Djioe dan MTJ. “ itu issu belaka, keputusan Raja murni demi rakyat, tidak ada kepentingan untuk dapat uang dan mobil mewah, sampai saat ini anda lihat sendiri, para Raja kemana – mana dengan kendaraan bermotor “ tepis Tamher berulang – ulang.
Menyoal tentang tuntutan berbagai elemen masyarakat, agar David Djioe segera hengkang alias angkat kaki bersama PT. MTJ dari bumi Larvul Ngabal, Raja Tual menegaskan sekelompok orang yang mengatasnamakan masayarakat tersebut tidak punya hak mengusir David Djioe dan MTJ.
“ mereka tidak punya hak usir keluar perusahan MTJ dari Tual, kami para Raja termasuk Raja Dulla menjamin, David Djioe tetap tinggal di daerah ini, mereka usir dia dasar apa ? tanah di areal perusahan sudah dimiliki, karena sudah dibeli “ tandasnya.
Ketika ditanya soal sasi jembatan vatdek, kata Rat Tuvle, sasi itu sudah terkontaminasi banyak kepentingan, bukan hanya masalah David Djioe. “ kalau Cuma soal David Djioe, kita anggap kecil, Cuma karena sasi itu sudah banyak kepentingan seperti ada yang tidak senang dengan Rajanya, sampai keluarga Raja “ katanya. ( team tualnews.com )