Langgur Tual News – Lokalisasi atau tempat prostitusi di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual, Kepulauan Kei, Propinsi Maluku telah merusak harkat dan martabat perempuan Kei yang sangat mulia, sakral dan dihormati.
Demikian sorotan yang disampaikan Pastor Hans Rettob MSC, dalam paparan Makalah yang disampaikan pada kegiatan Seminar sehari Nen Dit Sakmas dengan tema Revitalisasi Harkat dan Martabat Perempuan Kei, Senin di Auala Kantor Bupati Malra ( 02/9 ).
“ Kita tidak bisa pungkiri, banyak terjadi penyimpangan, perlakukan yang semena – mena terhadap perempuan, terjadi degradensi dan kemerosotan penghargaan terhadap Perempuan Kei, olehnya itu dalam rangka Hari Nen Dit Sakmas, perlu diangkat kembali harkat dan martabat perempuan Kei, bila perlu direvitalisasi kembali roh Nen Dit Sakmas, untuk menuju kesana maka semua tempat pelacuran atau prostitusi di Kepulauan Kei tidak pada tempatnya berada di Nuhu Evav, karena sangat melecehkan harkat dan martabat perempuan Kei “ Tandas Pastor Hans Rettob.
Selain itu kata Pastor Hans, kedepan, dalam rangka mengangkat harkat dan martabat perempuan Kei, maka pemberian sangsi adat Kei kepada para pelanggar Hukum Adat, harus lebih dipertegas, agar ada efek jera.
“ Bila perlu bagi para pelanggar Hukum Adat Kei, harus diberikan sangsi atau hukuman yang setimpal dengan perbuatanya, sehingga menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat “ Ujarnya.
Pastor Hans Rettob, MSC mengaku dari berbagai pengalaman, Hukum Adat Kei Larvul Ngabal masih awam bagi masyarakat di Kepulauan Kei, karena hanya menjadi konsumsi orang – orang tertentu seperti para Tokoh Adat dan mereka yang paham akan hukum adat tersebut.
“ Mayoritas orang Kei tidak memahami Tujuh ( 7 ) pasal yang tercantum dalam Hukum Adat Larvul Ngabal, sehingga banyak terjadi pelanggaran hukum adat di Kepulauan Kei “ Terangnya.
Untuk itu Pastor Hans berharap, semua masyarakat di Kepulauan Kei harus tetap menjaga dan menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan Kei, karena bagi seorang pria Kei, martabat perempuan Kei sangat luhur dan mulia, sehingga ada Filosofi Leluhur Kei mengatakan Mas Tom Ronmam Nan Lafik Renar Urad ( harta pusaka sekalipun rela dikorbankan demi memulihkan harkat dan martabat perempuan Kei ). Dan Melyanan ronmat nan Lavik Vat – Vat renad urad ( anak bangsawan rela mati demi memulihkan martabat perempuan Kei ).
“ Semua perempuan Kei baik yang ada di Kepulauan Kei maupun diluar daerah dia adalah Puteri Kei, setiap perempuan yang lahir dan dibesarkan di Kei dia adalah perempuan Kei, dan Perempuan Kei walaupun dia tidak berada di Kei karena pekerjaan atau tinggal diluar, serta siapapun perempuan yang pernah datang dan menginjaakan kaki di Nuhu Evav, dia adalah perempuan Kei, karena Hukum Adat Larvul Ngabal tetap menjaga dan mengayomi “ Tegasnya.
Sementara Ketua Team Penggerak PKK Kabupaten Maluku Tenggara, Ny. Eva Hanubun, usai kegiatan seminar tersebut kepada tualnews.com mengaku dalam rangka perayaan Hari Nen Dit Sakmas tanggal 07 September 2019, pihaknya ingin mengangkat harkat dan martabat Perempuan Kei agar sejajar dengan perempuan lain di Indonesia.
“ Hari Nen Dit Sakmas, jadi momentum untuk kami bersama masyarakat Nuhu Evav mengangkat harkat dan martabat perempuan Kei, bukan hanya kita berbicara di bibir sebagai perempuan kei, tapi harua menghayati sosok Pahlawan Perempuan Kei, Nen Dit Sakmas dalam kehidupan sehari – hari “ tandas Hanubun.
Ketua Team Penggerak PKK Malra mengaku seminar sehari Nen Dit Sakmas, ke depan akan ditindaklanjuti ke setiap tingkatan pendidikan di Kabupaten Maluku Tenggara.
“ Saya ingin Perempuan Kei kembali seperti dulu, yaitu sebagai wanita Kei yang santun, lembut dan mandiri, sehingga dengan momentum peringatan hari Nen Dit Sakmas, ke depan di Nuhu Evav tidak ada lagi kasus pemerkosaan dan kekerasan terhadap perempuan Kei “ Harap Ny. Eva Hanubun.
( team tualnews.com )