TualNews – Salah satu tokoh pemuda Kepulauan Kei yang juga seorang akademisi yang saat ini berdomisili di Jakarta, Phillo D Naraha minta Pemkab Malra dan Kota Tual sudah saatnya menggali, mendokumentasikan, mempublikasi dan mempromosikan budaya dan kekayaan alam kei – Evav kepada dunia luar melalui pencanangan dan pelaksanaan pagelaran tahun wisata alam dan budaya kei di bumi Larvul Ngabal.
Permintaan itu disampaikan Naraha, sekaligus sebuah konsep pikir akademis dalam membangun kedua daerah itu ke depan secara lebih baik lagi. “ langkah pertama yang harus dilakukan adalah penetapan tanggal lahirnya hukum Larvul Ngabal, artinya harus ada sdouw-sdiwun watun fid ren adat antara pemerintah daerah dan Raja – Raja Evav melalui fabluur tom dan falo tad guna menetapkan hari berdirinya hukum Adat Larvul Ngabal “ ungkapnya dalam buku yang ditulisnya
Dia mengaku ada kesulitan praktis sehubungan dengan penetapan waktu, pertama, karena tidak ada data tertulis, kedua waktu dulu peresmian hukum adat terlaksana di dua tempat dan waktu yang berbeda, yaitu Larvul disahkan di Kei Kecil ( Ilaar – Danar ) dan Ngabal disahkan di Kei Besar. “ pertimbangan kesulitan tersebut, karena ini masalah adat dan makam pencetus serta pencipta hukum adat Larvul Ngabal masih ada, maka mau tak mau kita harus tempu jalur pendekatan adat bukman duad nit, guna minta bantuan nit / leluhur pencipta hukum adat tersebut ( Di Sak Mas, Tew – Tebtut, Armuhu Suarubun dan Naraha Matan Wuun Sutra ) “ tandas Naraha
Diusulkan, agar ketika saat pencanangan tahun wisata didahului upacara adat pengukuhan hari lahirnya Hukum adat Larvul Ngabal. “ tanggal itu kemudian ditetapkan sebagai ulang tahun hukum Larvul Ngabal “ usul Phillo.
Kata dia, gagasan itu lahir berdasarkan pemberian nama kehormatan kepada kei sekarang dengan nama bumi Larvul Ngabal, untuk itu harus dipersiapkan satu tugu / monoment adat dengan berisikan minimal 7 pasal hukum Larvul Ngabal. “ tuguh penetapan tahun lahirnya hukum Larvul Ngabal ditetapkan generasi sekarang, dan harus terpisah dengan tuguh / monument Larvul di Ilaar Danar dan Ngabal di Kei Besar, hal ini bertujuan agar dari segi historis dapat dipertanggungjawabkan secara adat kepada generasi – generasi selanjutnya “ jelas Naraha.
Menurut Phillo Naraha, selain tiga monument itu dipikirkan, perlu juga dibangun patung – patung yang menyerupai tokoh – tokoh pencipta hukum adat Larvul Ngabal, yang ditempatkan atau dibangun di areal dekat makam masing – masing. Dia mencontohkan, Halai yang diangkat melalui proses adat ( noan mas ) pada masa itu, makam mereka dipugar dan dibuat tuguh dimana dicantumkan nama emas adat pengangkatan menjadi Raja. “ misalnya tugu Rat Mantilur – Somlain, monumet patung – patung itu harus diresmikan sebagai situs – situs adat bersejarah Kei – Evav sekaligus sebagai pusat obyek wisata tradisi lisan Kei “ ujarnya.
Disamping itu, setiap Kampung / Ohoi, kata dia harus memikirkan untuk suatu saat membangun monument peringatan di pusat kampung ( woma ), disertai rumah adat.
Langkah kedua, menurut Phillo Naraha, adalah penetapan program pagelaran tahun wisata kei, misalkan pencanangan pada tahun 2011 atau 2012, maka harus dirancang agar kegiatan berlangsung dalam bulan oktober, bertepatan dengan met Ev atau meti kei, sebab di musim itu, semua pantai pasir putih, dan meti menjadi hamparan keindahan alam yang tak ada bandingnya. “ memang dibulan itu, hawa kei sangat panas, namun itu cocok untuk turis manca negara, selain hasil laut seperti ikan, siput dan bia mudah didapat “ usulnya.
Langkah ketiga, adalah publikasi dan sosialisasi. Naraha mengusulkan agar Pemkab Malra dan Kota Tual, harus memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi saat ini guna promosi alam dan budaya kei melalui jejaring sosial seperti facebook, twiter dan forum – forum internet. “ tinggal diatur, bagian mana yang menjadi hak instansi adat, dan pemerintah, bagian mana tanggungjawab kaum intelek, sarjana, dan ilmuan kei ( sekolah dan PT ) melalui kegiatan penelitian dan penulisan buku buku sejarah budaya kei, brosur dan lainya demi kepentingan promosi “ pintahnya.
Sedangkan langkah berikutnya menurut Phillo Naraha adalah, promosi bersama, terpadu dan terarah, artinya setelah dipublikasikan dengan berbagai cara dan sarana yang efektif, maka pihak pemerintah daerah dan pimpinan adat serta Loor evav, menjalin kerjasama dan mengajak investor menanamkan modal dan menjadi bapak angkat dalam pemugaran situs – situs budaya dan pembangunan infrastruktur di bumi Larvul Ngabal. “ tak ada salahnya kita undang peneliti dan ilmuan baik dari dalam maupun mancanegara untuk mengadakan survey dan penelitian alam bawah laut, alam hutan batu karang kei dan kebudayaan kei “ tandasnya. Sementara bagi masyarakat, kata dia, pemerintah daerah berkewajiban mendorong mereka untuk membangun dan menata kampung woma dan situs – situs sejarah serta tempat wisata di daerahnya, dengan cara membangkitkan budaya maren. “ sangat penting melalui program pelatihan dan bimbingan masyarakat, pemda mengembangkan industri kreatif di berbagai bidang seperti kegiatan lomba pelestarian budaya dan alam kei, termasuk pelatihan kerajinan dan kreatifitas di bidang kuliner, makanan khas kei seperti sate namat, sup eb-ngangain, kolak buah kamor, es teh daun kawada, lalapan daun warkamasin, bakso assu, keripik embal, jus ibun wuan, mangga talor, dan nuur ni wuut “ Ungkap Naraha. ( team tualnews.com )